Pesantren dan sejarah
Santri Ikhwan pkm-dt |
Keluarga adalah pondasi terpenting dalam menjalankan nilai –
nilai Islam. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri dari kepala
keluarga dan anggota keluarga lainnya yang terkumpul dan tinggal di sebuah
tempat.
Santri Akhwat pkm-dt |
Berawal dari program pembinaan Keluarga Muslim yang di usung
oleh Ajengan Ayi Deddy SPd.I inilah
kemudian terlahir Pesantren Keluarga Muslim Dzuriyyah Thoyyibah (pkm-dt).
Pesantren berbasis keluarga ini terletak di Kampung Sinagar Rt 01/14 Desa
Bojong Kecamatan Karang Tengah Cianjur.
Pesantren yang memanfaatkan rumah – rumah warga sebagai tempat mengaji ini
dinilai patut menjadi contodian terlahir Pesantren Keluarga Muslim Dzuriyyah
Thoyyibah (PKMDT). Pesantren berbasis keluarga ini terletak di Kampung Sinagar
Rt 01/14 Desa Bojong Kecamatan Karang
Tengah Cianjur. Pesantren yang memanfaatkan rumah – rumah warga sebagai tempat
mengaji ini dinilai patut menjadi contoh dan bisa diterapkan diseluruh kalangan
masyarakat.
Sosok Ajengan Ayi Deddy sendiri adalah sosok yang sederhana
tetapi memiliki kemauan keras. Sejak lulus sebagai santri Miftahul Huda
Manonjaya ia terang terangan berkata kepada gurunya bahwa belum ingin menjadi
Kyai, tetapi ia ingin berpetualang mencari berbagai pengetahuan dan pengalaman
diluar pesantren.
Setelah puas berkelana akhirnya Ajengan Ayi menikah dan
aktif sebagai pengurus HAMIDA (Himpunan Alumni Miftahul Huda) Cianjur. Dengan mengontrak rumah di kawasan yang
ditempatinya kini Ajengan Ayi mulai merintis pengajian, tetapi baru saja
merintis badai ujian itu sudah datang menimpanya, rumah yang didiaminya
kebakaran sehingga menghabiskan semua kitab dan harta benda yang dimilikinya.
Tetapi rencana Allah ternyata lebih baik. Ajaib setelah
kebakaran, Ajengan Ayi malah ditawari tanah yang bisa dibelinya dengan cara
menyicil, dan akhirnya ia kembali membangun rumah ditanah yang kini
dimilikinya. Setelah cukup lama ia ditanya oleh gurunya kapan membuat pesantren
lagi?, tetapi Ajengan Ayi mengeluh dimana harus membuat pesantren sedangkan
rumah yang ditempatinya relatif sempit. Dan muncullah kalimat monumental yang
memotifasinya “Ari maneh teu boga para ?” (kamu nggak punya atap? -Red).
Dari situlah akhirnya Ajengan Ayi mulai membangun rumahnya
menjadi tiga lantai sehingga akhirnya hingga kini dapat digunakan sebagai
pesantren bagi warga sekitar. Diawali dengan mengaji di teras-teras rumah
penduduk hingga terbentuknya PKM DT yang kini resmi diakui sebagai lembaga
pendidikan berupa pesantren yang dinaungi yayasan.
Pesantren PKM DT ini cukup unik dan berbeda dengan pesantren
pada umumnya karena kegiatan pengajiannya
dilaksanakan pada malam hari dari pukul 18:30 hingga pukul 21:00 untuk
anak-anak, sedangkan bagi yang dewasa dari pukul 18:30 hingga pukul 22:00 di
rumah kiyai yang juga sederhana berukuran 60 x 10 meter persegi tetapi memiliki
tiga lantai ini, untuk pengawasannya menggunakan CCTV dan pengeras suara agar
sang Kyai dapat memantau setiap kegiatan santri dan santriwatinya.
Sejak 2013 Pesantren Keluarga Muslim ini didirikan
semakin banyak diminati warga sekitar. Dari radius dua RW yang memiliki tak
kurang dari 700 Kepala Keluarga kini notabene telah menjadi santri Keluarga
Muslim Dzuriyyah Thoyyibah. Dengan adanya program santri dirumah masing-masing
seperti ini masyarakat sekitar sangat terbantu dan termotivasi untuk mulai
mengaji bersama-sama.
Ajengan ini memiliki visi dan misi ingin menciptakan
keluarga yang harmonis, tentram dan solutif. Ia juga berkeinginan agar
pesantren ini menjadi tempat therapy (penyembuhan) psikis berbasis Qur’aniyah.
Dalam jangka panjang kedepannya ia juga berkeinginan membangun tempat ini
menjadi tempat yang religius, melahirkan para kader, santri dan para ulama ulama
yang dapat merubah hidup masyarakat ke jalan yang lebih baik.
(Tim Lipsus BeritaLangitan.com)