Pengalaman Dan Keunikan
|
Opik, Nenda, Ina, Santri Pesantren Keluarga Muslim Dzuriyyah Thoyyibah (PKM-DT) |
Pesantren Keluarga Muslim Dzuriyyah Thoyyibah (pkm-dt). Unik
karena nama pesantren ini yang lebih mengkhususkan keluarga, kurikulum
pesantren yang juga lebih mengkhususkan untuk keluarga dan juga lokasi
pesantren yang berada ditengah-tengah pemukiman masyarakat, tempat mengaji ini
adalah sebuah rumah sederhana berukuran minimalis tetapi memiliki tiga lantai
sehingga cukup untuk menampung para santri yang cukup banyak itu.
Sebagian tim berbincang dengan santri putera dan puteri
PKMDT. Muhamad Taufiq (Opik), santri asal Cikalong yang menetap dirumah PKMDT
selama ini merasakan banyak manfaat menimba ilmu disini khususnya ilmu
tauhid. “Belajar ilmu tauhid itu sebagai dasar aqidah dan keinginan mendalami
ilmu agama menjadi dasar para santri masuk dipesantren ini, tutur Opik yang
diamini kedua rekan akhwatnya Nenda Aghnyiatul Kamila dan Maydina Hanifatul
Azizah.
Dipesantren ini selain belajar ilmu agama juga diajarkan
kedisiplinan dari setiap hal yang kecil seperti merapikan sendal saat masuk
pesantren, membersihkan ruangan dan kemandirian belajar mengajar, ungkap Nenda.
“Selain belajar, santri senior disini wajib membimbing santri juniornya, selain
itu kebersamaan juga dirasakan saat saling membantu mengerjakan PR bersama dari
sekolah”, lanjut Enda menambahkan.
Maydina yang sering disapa Ina ikut menambahkan pula dengan
penuh keyakinan kalau ia pun sama merasakan banyak manfaat dan kesenangan yang
dirasa di Pesantren yang berbasis keluarga ini. “Terkadang rasa cape ada tapi
hilang kalau sudah bareng-bareng ngaji disini karena yakin mendalami ilmu agama
dan tauhid itu penting sejak dini,
sedetik saja waktu tidak dipakai ibadah maka menjadi orang yang rugi”,
Paparnya.
Keunikan lain dipesantren ini yaitu santri diajarkan
kemandirian melalui pembudidayaan tanaman hias atau agrobisnis. Bercocok tanam
tanaman hydroponik dan budidaya tanaman hias memang merupakan bidang bisnis
yang sedang ditekuni oleh PKMDT ini.
“Alhamdulilah dari bisnis itu sudah bisa dirasakan manfaatnya walaupun kecil
tapi berjalan dan bisa terus berkembang, omset rata-rata 300-400 ribu rupiah
perhari bisa didapatkan”. Papar Opik menceritakan pengalamannya mengurus kedua
bidang usaha itu.
Menutup perbincangan, tim bertanya mengenai cita-cita para
santri. Jawaban berbeda terlontar dari setiap santri tetapi satu tujuan menjadi
orang yang bermanfat buat orang lain. Opik sebagai salah satu senior santri
PKMDT ini ingin membuka pesantren dikemudian hari. “InshaAllah kalau saya ingin
menjadi guru bahasa inggris atau guru agama. Kalau saya ingin menjadi doktor spesialis anak”, tutur Ina dan Nenda.
Tim mengamini semoga cita-cita mereka tercapai.